musimbunga

Tuesday, May 30, 2006

Lamunan di Pinggir Cisadane

Aku membayangkan banyak burung berkaca diatas sungai itu,
bercuit-cuit melepas lelah setelah sehari kepanasan
mendendangkan gita kedamaian…
Ada anak penuh senyum gembira bercanda dengan anak lainnya seakan dunia dihidupi lampu kebahagiaan, berenang bebas dengan banyak harapan
Ada ibu membawa setumpuk cucian kehidupan, membersihkan banyak kepenatan
Ada seorang pak tua memancing, ikan-ikan disana dengan senang hati melahap beberapa umpan, aneh… setelah mendapatkan ikan pak tua melempar kembali sang ikan ke sungai… yang jelas, hanya ada senyum kebanggaan.
Atau ada orang yang iseng duduk hanya memperhatikan salah satu sumber kehidupan
Aku tersenyum, semua itu mungkin! Mungkin! Pasti mungkin!
Cisadane butuh banyak teman, yang menghiasi aliran-aliran bukan dengan kotoran,
Semua mungkin ketika banyak anak, muda, tua lebih mempedulikan yang menyadari;
Cisadane salah satu sumber kehidupan…
Cisadane bukan milik siapa-siapa,
hanya yang pasti ia butuh kasih sayang di usia senja di antara bising keramaian

Muhasabah Para Jiwa

Kalam-Mu membuat banyak orang terkapar dan jatuh cinta
Mencintai-Mu sepenuh hati, impian seorang hamba

Duduk saja!
“Dengan menyebut nama-Mu yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”

Tarik nafas dalam-dalam, perlahan-lahan kelegaan keluar lewat hidungmu
Masa kanak-kanak muncul dari balik ingatanmu
Berderet rapi cerita-cerita, bahkan roman-roman kehidupan
Kamu masih memejamkan mata, ada senyum, kadang wajah ketakutan disana
Saat tersenyum, kau bersyukur memberikan secuil arti kehidupan bagi dirimu dan yang lainnya
Dan saat wajah ketakutan muncul disana, hati kecilmu berkata
“Aku takut neraka...”

Bogor, 2004